Informasi Lengkap Mengenai Elang Bondol | Drh. Fira Sovica

Elang bondong (Brahminy kite) adalah jenis elang berukuran sedang yang berpenampilan 'sangat maskulin'. Kakak tertua saya bahkan pernah mengatakan, 'lu jangan ngaku laki kalau belum pelihara BK (brahminy kite, alias elang bondol)', hihihihi. Cara memelihara elang bondol sebagai hewan peliharaan memang kerap ditanyakan kepada saya, termasuk seluk beluk pemeliharaan dan informasi dasar mengenai elang bondol itu sendiri. Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman anggota keluarga saya yang memang penghobi burung pemburu (BOP). Sayangnya, saya sendiri (Drh. Fira) tidak begitu minat merawat elang dan BOP jenis lain. Entah kenapa, saya lebih suka hewan nocturnal (hewan yang aktif pada malam hari) sebagai binatang peliharaan, itulah sebabnya saya lebih cenderung ke owlry (pemeliharaan burung hantu). Artikel ini terkait dengan artikel istilah dalam memelihara BOP.

Image taken from birdwatch.ph

Artikel berikut akan mengupas lebih lanjut mengenai info dasar mengenai elang bondol, serta cara merawat elang bondol.

• Nama populer di indonesia: elang bondol.
• Nama ilmiah elang bondol: Haliastur indus.
• Wilayah hidup atau wilayah penyebaran: bagian tropis benua asia, serta di wilayah barat Australia hingga bagian utara New South Wales. Australia sendiri melarang sebagai bentuk perburuan burung elang bondol. Selain itu, elang bondol juga ditemukan di India dan bagian selatan China. Di Indonesia sendiri, elang bondol banyak ditemukan di Kalimantan, sebagian Sumatera, Bali, Jawa, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku.
• Ciri fisik elang bondol: bulu berwarna putih di bagian kepala, dada, hingga perut, sementara sisanya berwarna coklat tua. Warna mata elang bondol berwarna hitam pada bagian pupil, dan kuning pada bagian lainnya. Kaki elang bondol sangat pendek, menandakan bahwa jenis elang ini dapat dengan kuat mencengkram mangsa dan dahan tempatnya mendarat setelah terbang. Elang bondol bisa mencapai tinggi 45 hingga 60cm, adakalanya lebih.
• Habitat elang bondol: elang bondol banyak ditemukan di bagian pesisir pantai, hutan mangrove, rawa hingga muara dekat pantai, bahkan terkadang terlihat di sepanjang aliran sungai hingga hutan belantara.
• Status konservasi elang bondol menurut IUCN: keberadaan elang bondol sendiri masih melimpah di wilayah Indonesia, dan status konservasi elang bondol menurut IUCN masih tergolong aman (LC, least concern). Meski demikian, sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup BOP jenis ini. Biarkan mereka hidup dan berkembang biak dengan nyaman di habitat aslinya.
• Kebiasaan berpindah elang bondol: elang bondol hampir sepenuhnya menetap pada habitat aslinya, meski sesekali berpindah tempat secara lokal (tidak terlalu jauh dari habitat aslinya) untuk mendapatkan mangsa.
• BOP yang mirip dengan elang bondol: elang bondol dewasa (adult/mature) sangat identik, artinya hampir tidak ada jenis BOP lain yang sama secara fisik dan visual dengan elang bondol dewasa. Namun, elang bondol juvenile kerap diidentikan dengan jenis elang siul (haliastur sphenurus), meski sebenarnya ada perbedaan mencolok antara elang bondol dengan elang siul. Perbedaannya terletak pada ekor yang lebih panjang dan pola bulu bagian bawah sayap yang sangat berbeda elang bondol. Orang juga sering keliru mengenali elang laut (ospreys) dengan elang bondol yang baru menginjak usia juvenile. Bedanya elang bondol yang menginjak usia juvenile dengan elang laut terletak pada warna bulu bagian dada yang tidak seputih elang bondol.
• Usia elang bondol: elang bondol mulai belajar terbang pada usia 45 hingga 57 hari setelah menetas. Elang bondol memasuki usia siap kawin pada umur 2 tahun.
  
• Cara memelihara elang bondol:
1. Makanan elang bondol: di habitat aslinya, bisa dikatakan elang bondol adalah pemakan bangkai, meski mereka menyukai bangkai hewan yang masih 'fresh' (masih belum berbau), terutama ikan. Selain itu, mereka juga memakan serangga dan mamalia seperti kelelawar dan anakan kelinci sebagai makanan tambahan. Mereka terbang di ketinggian antara 20 meter hingga 55 meter diatas tanah. Di habitat aslinya juga, elang bondol kerap 'nyolong' hasil buruan burung lain dengan mengambilnya secara paksa dari burung pemangsa ikan seperti camar dan elang laut sambil terbang. Kemampuan mencuri ikan hasil buruan burung lain ini tentu didukung dengan kaki yang sangat kuat. Anda bisa memberikan bayi tikus putih yang masih merah (pingkies) sebagai makanan elang bondol, hamster, dan bayi kelinci berukuran kecil. Untuk makanan tambahan, anda bisa memberikan jangkrik. Makanan harus diberikan secara rutin. Banyak kasus kematian elang bondol yang terjadi akibat telat memberi makan.
2. Sarang elang bondol: di habitat aslinya, elang bondol membuat sarang di pinggir pantai, namun kerap kali ditemukan di hutan mangrove. Sarang elang bondol sangat besar, biasanya terdiri dari dahan-dahan pohon, rumput dan rumput laut kering, serta bahan-bahan lain seperti tulang, bulu, bahkan jaring dan kertas-kertas kecil, dengan bentuk yang unik. Untuk memelihara elang bondol, saya sarankan agar anda menyediakan ruangan khusus yang minim suara. Elang bondol kerap kaget dengan suara keras, yang bisa berakibat pada stress burung elang bondol anda. Seperti halnya burung pemburu lain, mereka tidak suka berada dibawah. Maka, sediakan box dari kayu atau semacamnya sebagai sarang elang bondol anda, dan tempatkan di bagian atas ruangan agar si elang bondol merasa dialah yang mendominasi di ruangan pemeliharaan itu. Perch (tangkringan) bisa digunakan, namun sebaiknya tetap gunakan box sarang meski sudah ada perch di dalam kamar tersebut.

Demikian adalah info lengkap mengenai cara memelihara elang bondol dan info dasar mengenai elang bondol. Saya berharap dengan artikel mengenai cara memelihara elang bondol di atas bisa menambah kesadaran kita atas kelestarian elang bondol. Terima kasih. (FS)